Title : Terimakasih Kau Kembali
Author :
Amany Ta
Kelas : 8
Cast :
-Kazuha
-Ayah
-Ibu
-Kakak
Happy Reading
“Huh, mah tau nggak PR ramadhan numpuk, udah dapat PR dari Limone, Inggris
semua lagi, huft.” Kata ku sambil menghempaskan tubuh di sofa empuk belakangku.
Limone adalah nama tempat bimbingan belajar Kazuha. “Sabar aja sayang,
dijalanin aja kan itu membuat kamu belajar walaupun liburan, jangan marah nanti
batal puasanya.” Kata mama menenangkan amarah ku. “Iya ma Kazuha ngerti kok,
dah ya ma, Kazuha mau kekamar mau ganti baju, kasian juga kan PR Kazuha nggak
dikerjain. Hehe.” Kata ku dan segera berlari ke kamar.
“KAK AFI!” Teriak ku kencang. Wanita cantik, menawan, dan paling pinter di
keluargaku. “Iya, iya, adek kakak yang paling imut.” Kata kak Afi walaupun
setelah itu pura-pura mutah. “Kenapa, PR lagi?” Kata kak Afi didaun pintu. “Iya
PR Kazuha numpuk nih kak, hiks banget kan.” Kataku dengan nada memelas, agar
bisa di ajarin. “Umm, kali ini belajar sendiri aja ya, kakak mau jalan-jalan
sama temen sekelas waktu SMA kakak kangen udah lama nggak ketemu, kan kakak
selama kuliah di bandung.” Kata kak Afi. ‘Huh, ada acara lagi, kan aku mood ku
jadi turun.’ Batin ku.
2 jam aku terkurung dengan PR. Yang sudah selesai, ha! Sudah selesai yay. “Aku
bebas, I’m free.” Teriaku kencang. “Sayang sudah jam berapa ini? Sebentar lagi
buka puasa, mandi sayang, nanti tidur di gigit nyamuk lhoo.” Teriak mamah
sedikit keras. “Iya mah, baru on the way nih.” Kata ku sambil keluar kamar dan
mengambil handuk. “Sayang kalau sudah selesai nanti bantu mamah masak ya.” Kata
mama tapi aku tak mendengarkanya karena aku menyanyi di kamar mandi, ups lupa
aib. Hehe maklum.
Di kamar hanya menunggu buka sambil mengisi TTS, iya teka teki silang yang ada
di koran-koran biasanya, paling bisa ngehilangin jenuh kan juga nambah wawasan.
“Kazuha, kan tadi mama bilang suruh bantuin mama.” Kata mama. “Loh, iya ma?”
Kata ku kaget sambil menaruh bolpoinku dan langsung berlari ke dapur. “Maaf ya
ma, tadi aku tak mendengar suara mama, mama bilang saat aku mandi ya? Kan mama
tau sendiri aku kalo mandi sambil nyanyi.” Ups aku nyebarin aib lagi.
“Allahuakbar Allahu akbar.” Suara adzan berkumandang berarti saatnya “Buka
puasa.” Kata ku dan mama hampir bersamaan. “Doa dulu yuk.” . “Okee ma.”
Percakapan kita terhenti disitu dan kita langsung melahap nikmat oseng singkong
dan opor ayam. Kita memang tak makan dengan kak Afi karena kakak jalan-jalan,
huft, sebel jalan jalan sendiri tanpa adiknya.
Malam sudah menyapa rumah kita, iya tepatnya jam 08.30. Kebiasaan Kazuha untuk
menulis buku diary miliknya, buku itu Limited Edition, iya lah Kazuha
membuatnya sendiri. Ini hand made. Buku itu cukup dikatakan panjang dari buku
yang sewajarnya, diikat oleh beberapa akar pohon beringin, serta dihias oleh
daun dan bunga. “Keheningan Malam Dalam Sinar Bulan” Itu adalah judul yang dia
berikan, dibawahnya dituliskan “Jangan dibuka.” Dan pojok kiri bawah “Kazuha.”
Titip Rindu Untuk Ayah
Hening malam menerpa
Angin sayup terasa
Kekesalan tiada tara
Seorang gadis menangis hening
“Ayah.” Kataku pelan sambil menangis.
Hilang semua harapan
Duka dihati tak kunjung pergi
Engkau menghilang tanpa kabar
Tak ingatkah ada aku disini ?
Sosok pahlawan telah hilang
Meninggalkan anak dan istrinya
Beserta harta yang berlimpah
Burung merpati..
Kemana engkau akan pergi ?
Jika kamu bertemu denganya
Titip rindu untuk ayah
Selesai menulis aku hanya menangis, ayah yang selama ini ada untukku kini sudah
tiada. Ayah bekerja menjadi tentara ia bahkan sudah menjadi jendral, tapi saat
ayah melatih para bawahanya, markasnya tiba-tiba meledak, hingga sekarang dia
belum kembali. Betapa sedihnya bukan? Kejadian itu terjadi empat bulan yang
lalu.
Kini mama seorang single parent memang sulit menjalaninya, tapi mama bisa
begitu tegar menghadapi semua, mama begitu kuat di depan mata anaknya, walaupun
aku tahu mama mengangis setiap malamnya, dan kakak selalu menangis di kamar
mandi dan tak lupa menyalakan kran air untuk melenyapkan suara tangisnya. Seisi
rumah rindu padamu ayah.
Bahkan hingga sekarang belum ada tanda-tanda mayat ayah di markas, kata
bawahannya saat ayah ke toilet bom itu meledak. Entah dimana jasad ayah tapi
hati kecilku berkata “Ayah masih hidup.” Tapi aku benar-benar yakin ayahku
masih hidup. Sudahlah aku ingin tidur.
“Kazuha, kamu dilahirkan untuk menyelamatkan ayahmu nak, kemarilah.” Suara itu
menggema di ruangan putih ini, dan itu dikatakan berulang-ulang. “Kazuha
kemarilah.” Suara itu berkata berjuta-juta kali. Sedangkan aku hanya ketakutan
disini sendirian, “Siapa kamu, ha! Hiks.” Kataku sambil menangis saking
takutnya. “Selamatkan ayah nak.” Kata suara itu. Mendadak ayah muncul dan
menjauh, menjauh, menjauh. “Tidak!” Teriakku kencang. Ketika aku bangun ibu dan
kakak memelukku. “Sayang ini hanya mimpi buruk oke.” Kata mama menenang kan ku.
“Sekarang kita sahur ya, puasa tinggal tiga hari lagi.” Kata kak Afi.
Mimpi itu tak pernah hilang dari pikiranku, entah apa maksud dari semua itu.
Kejadian di mimpi itu membuatku semakin yakin bahwa ayahku masih hidup, atau
mungkin ini faktor rinduku yang begitu besar kepadanya, kepada ayahku yang
paling kucintai. Mungkin terlalu sulit meninggalkan sosok ayah untukku sehingga
aku bermimpi yang aneh-aneh.
“Dek, dimakan nasinya jangan bengong!” Kata kak Afi membuyarkan lamunanku. Aku
tak menjawabnya aku hanya terus memakan sahur itu. Seperti biasa selesai sahur
sekeluarga sholat shubuh berjamaah, setelah itu membaca kitab suci Al-Qur’an,
dan tidur lagi.
Hari libur memang menyenangkan meski akhirnya tidak mempunyai pekerjaan, hanya
bengong dirumah atau main laptop, hanya itu saja pekerjaanku, karena PR
sekolahku telah selesai semua. Sejujurnya aku bukan orang yang rajin tapi
ketika aku benar-benar bersemangat, tak ada yang bisa mengganggu gugat
semangatku. Puasa tinggal dua hari lagi. Tak ada yang namanya lebaran karena
semua eyangku telah tiada sebelum aku lahir, jadi tak ada yang namanya ‘mudik’.
Menyedihkan bukan? Terkadang aku ingin memliki keluarga utuh layaknya
teman-temanku, mereka memiliki ayah, kakek, nenek. Aku ingin seperti mereka.
Dewi malam telah datang itu tandanya sudah saatnya tidur dan seperti biasa aku
membuka buku diaryku, kali ini singkat saja.
Ayah kapan pulang?
Cukup itu saja yang aku tulis dan hati kecilku berkata “Dia akan pulang.”
Semoga saja itu benar.
“Kazuha, tolong keluarkan ayah.” Suara ayah menggema diruangan putih ini. “Apa
aku bermimpi lagi?” Tanyaku. Ayah tak menjawabnya, mendadak ada layar putih
datang dan memperlihatkan ayah sedang disiksa dan ayah hanya mencoba
memberontak tapi ia tak bisa. Akhirnya aku berkata “Ayah aku akan membantumu,
sesusah apapun karena aku menyayangimu ayah.” Seketika itu video itu berhenti
dan suara ayah menggema, ayah hanya berkata terima kasih anakku.
Kali ini aku bangun sahur sendiri karena mimpiku yang aneh, yang selalu
bermimpi tentang ayahku. Ketika aku berjalan ke dapur sepasang mataku tersorot
kepada sosok lelaki yang aku kenal. “Ayah!” Kataku sambil memeluknya. “Zuha,
lepasin. Kakak tau kamu rindu sama ayah tapi jangan kakak yang jadi korbanya.”
Kata kakak dan segera melepaskan pelukanku. Aku hanya diam saat sahur karena
aku malu setelah apa yang aku lakukan kepada kakak.
Dua hari terakhir sebelum lebaran. Seluruh teman-teman telah meng-update status
di sosial media tentang perjalanan mudik mereka sejak kemarin sebetulnya.
Sebenarnya aku merasa bahagia walau aku tidak bisa lebaran seperti lainya tapi
setidaknya hanya aku yang merasakan ini, aku tak ingin ada orang lain yang
seperti aku. Hanya aku saja cukup.
Taman kota, adalah tempat favoritku untuk menghilangkan penat, serta tak lupa
memasang ear phone di telinga yang tertutup oleh hijab. Lagu-lagu klasik
mengalun. Aku memang lebih menyukai ‘Instrumental’. Itu lebih asik dan
menenangkan jika didengar. Taman ini memang sepi saat puasa, jarang ada yang
disini biasanya hanya ada orang yang mau membeli ke supermarket dekat taman.
“Woi, jangan lari, mau dihukum?” Suara itu merusak semua suasana nyamanku.
Mataku tertuju kepada bapak-bapak yang berusaha kabur dari kejaran preman. Aku
seakan mengingat sesuatu. Mimpi. Mimpiku semalam kejadian ini sama persis saat
layar putih menghadang dan memperlihatkan video. Mungkinkah itu ayah?
“Ting tung SMS.” Ponselku bergetar.
Kazuha pulang, ini jam berapa, masih mau di taman ?
Biasa pesan dari kakak yang sedikit bawel. Mungkin dia bawel karena takut
kehilangan adek satu-satunya.
Iya kak, baru perjalanan
Kubalas pesanya dengan singkat karena aku malas. Ketika berdiri seseorang
meneriakiku “Kazuha!” Teriaknya kencang, tapi ketika aku menoleh taka da
siapapun kecuali preman yang mengejar tahananya. Aku pun tak peduli dan segera
kerumah sebelum kebawelan seroang kakak kembali kumat.
Kini aku membantu mama menyiapkan buka, kakak yang memasak aku yang membuat es
buah. Setelah jadi sekitar pukul lima soreaku mandi dan melanjutkan kegiatan
seperti biasa. Buka puasa, sholat tarawih lalu kembali kepada buku diary.
Ayah apa tadi aku melihatmu ?
Aku memang terasa seperti melihatnya, atau mungkin dia yang memanggilku? Aku
tak tau, semoga saja ini petunjuk bahwa ia akan kembali.
Hari ini hari terakhir puasa. Yay. Semoga ada kejutan indah besok. Entah kenapa
aku begitu malas hari ini, aku tak ingin melakukan apapun. Aku hanya ingin
menenangkan pikiran. Hari ini aku tak bermimpi aku tidur dengan nyenyak bahkan
sangat pulas. Tapi aku berniat besok aku akan ke taman dan mencari tahu apakah
lelaki yang dikejar-kejar oleh preman itu siapa.
Aku tak mampu menahan rasa penasaran dan akhirnya aku bersiap untuk ketaman.
Aku cukup pintar dalam karate, aku pernah mendapatkan medali perak, jadi tak
perlu takut dengan apa yang namanya ‘preman’. Berbeda dengan kakakku yang
tergolong sangat feminin.
Tak jauh dari taman ada rumah yang cukup besar tapi mungkin pemiliknya tak
pernah merawatnya dan saat berjalan aku melihat preman yang keluar dari situ
dan cukup menandakan bahwa memang tempat itu adalah yang kuselidiki. Ponselku
sudah ku rancang jika perlu memanggil polisi hanya tinggal geser sudah otomatis
menelfon. Lelaki yang sedikit berlari keluar cukup meyakinkanku bahwa itu ayah.
Tapi saat ku hampiri, nihil itu bukan ayah. Akhirnya ku kurungkan semua niatku
karena aku mungkin salah orang.
Besok adalah hari raya idul fitri, hari yang paling di tunggu karena hanya ada
satu tahun sekali. Aku bahagia sekali. Hari terakhir ku mengkhatamkan bacaan
Al-Qur’an ku, dan setelah itu aku packing, iya walaupun nggak ke kampung
halaman, jalan-jalan bolehkan, masa-masa promo nih. Rencananya sih ke Jakarta
ke tempatnya paman. Bahagia sekali disitu. Kira-kira berangkat 3 hari setelah
selesai sholat idul fitri.
Mendadak aku bahagia, lari laju ke kamar membuka buku diary.
Paman!! Aku datang
Ditambahkan emoticon senyum untuk melambangkan aku benar-benar bahagia.
Membayangkan betapa serunya nanti. Menaiki roller coaster dan berbagai wahana
seru lainya. Aku lupa aku harus segera tidur, besok sholat idul fitri.
“Zuha, bangun, ini jam berapa? Sudah jam lima kamu harus bersiap.” Teriak kakak
membangunkanku. “Iya kak, bentarya baru di jalan. Hoam.” Kataku sambil menguap.
Sholat id berjalan dengan lancar. Sedikit jalan sehat setelah lebaran mungkin
hal yang cukup bagus. Melihat wajah-wajah anak kecil yang sangat gembira
menerima fitrah, mengingatkanku akan sosok kakek dan nenek, membuatku
meneteskan air mata.
Aku menangis di kamar. “Zuha sebegitu seriusya nulis diary? Sampai nangis gitu.
Kenapa mau cerita sama kakak?” Kata kakak. Aku saja tidak tau sejak kapan kakak
masuk. “Tak apa kok kak, nggak ada yang istimewa ya lebaran kali ini.” Kataku.
Kakakku hanya berkata “Keistimewaan itu datang dari diri kita, yang istimewa
dalam lebaran kali ini adalah ini lebaran kali pertamanya tanpa sosok ayah
disamping kita.” Kupikir perkataan kakak ada benarnya, ini memang kali
pertamanya aku lebaran tanpa sosok ayah. Kakakku memang pandai.
Hari kedua setelah sholat id. Aku bosan segera aku menuju ke dapur, memasak
kentang goreng dan memakanya menggunakan cabai kering, salah satu makanan
favorit ku. sedikit jalan-jalan di taman bersama kakakku mungkin hal baik.
Seperti biasa ia selalu sibuk.
Taman tempat yang indah. “Zuha itu kah kamu?” Sapa suara laki-laki. Aku kaget
dan menoleh ke arahnya sedetik kemudian ia berlari karena di kejar preman. Aku
langsung menyimpan semua barangku ke tas kecil ku dadn berlari sambil menangis.
“Ayah aku tak ingin kehilangan mu lagi aku akan mengejarmu.” Kataku. “Ayah!
Hiks.” Kataku sambil berlari dan menyeka airmata. Kupukul preman nya tanpa rasa
takut karena yang ada dalam pikiranku adalah ‘aku tak ingin ayah pergi.’ Aku
segera membawa ayah lari untuk pulang kerumah sebelum para preman ingin
menangkapnya.
Sesampainya di rumah, “Ayah jangan pergi lagi, aku menyayangimu.” Langsung ku
peluk ayahku. Ibuku yang mendengar aku menangis bertanya pada kakakku apa yang
terjadi. Ketika ada sosok lelaki yang datang diantara tiga wanita ini membuat
seluruh isi rumah menangis. “Ayah, terima kasih telah kembali.”
“Maafkan ayah, ayah hanya mencoba kabur dari ledakan bom, dan saat itu para
preman yang menaruh bom mengetahui bahwa ayah kabur, dan ayah dijadikan budak
oleh mereka.” Kata ayah. “Kita memaafkan ayah.” Kata kakak. “Yang terpenting
adalah..” Perkataanku diputus oleh kakak dan mama “Ayah sudah kembali, kita
menyayangimu ayah.” Suasana haru mendatangi keluarga ini. Diaryku kutuliskan
Ini adalah lebaran paling istimewa. Kakak memang benar. Keistimewaan datang
dari diri kita sendiri, bukan dari orang lain. Aku hanya membuat ini lebih berharga.
Ayah terimakasih kau kembali.
NB : Ini Karya Amany Ta
ini adalah cerpen yang bercerita Kazuha merindukan Ayahnya dan suatu saat ayahnya dapat kembali dan bersama sama lagi menjadi keluarga yang utuh. Ini juga dikirimkan lewat Lomba di Facebook. Makasih udah kirim ya....